Tanda Cinta dari Sahabatmu

Siang itu tiba-tiba terdengar gawaiku berbunyi. Ada pesan dari nomor tidak dikenal dan belum tersimpan. Penasaran juga dengan pesan singkat tersebut, tertulis kata salam dan nama panggilanku 20 tahun yang lalu, kalau tidak teman SMA atau teman kuliah. Itu pun tidak semua teman SMA dan kuliah yang memanggilku dengan sebutan ini.

“Assalamualaikum Mimi,” terukir indah panggilan itu. Setelah sekian tahun tak mendengarnya.

“Mimi sekarang sekolah libur, di rumah saja ya? Mimi, aku kadang suka liat Mimi perasaan sekarang Islami banget ya?”
“Aih, lihat di mana teman?”
“Di fb.”
“Alhamdulillah, masa sih Ti?”
“Suka seminar keagamaan ya? Berteman dengan yang agamanya bagus juga ya?”
“Amin”
“Mimi, Kok aku belum dapat hidayah ya? Enggak tobat-tobat ya? Belum berhijab padahal sudah mau 40th.”
“Bismillah nanti juga bisa Titi, semoga Allah segera memberikan hidayah buat kawanku yang satu ini.”
“Doakan ya mimi”
“Awali dengan memakai pakaian panjang dulu Titi. Maksudnya dengan memakai celana panjang. Dulu Mimi juga pakai kerudung semester 2 saat SMA. Semangat Titi!”
“Terima kasih, Mimi kalau aku menanyakan soal-soal agama enggak apa-apa ya?”
“Sama-sama titi, boleh banget.”
“Sekarang sedikit-sedikit suka liat di youtube tentang agama.”
“Alhamdulillah, kita niatkan karena Allah”

Membaca kembali percakapan di atas membuat aku merinding. Sekian lama tak pernah bertemu dengan teman SMA. Beberapa tahun terakhir bertemu ia sudah menikah. Namun seingatku belum mempunyai momongan, kini sudah mempunyai dua orang putri. Sudah lama sekali kita tidak berjumpa.

Dari media sosial, kami bisa bersua dan bersilaturahmi. Ternyata ia sempatkan untuk melihat profil dan status-status dalam media sosialku. Sempat dikagetkan tiba-tiba ada pesan masuk dan berujung percakapan yang membuatkan merasa malu.

Aku malu dengan penilaiannya terhadapku, karena belum pantas untuk dikatakan baik atau Islami. Ilmuku belum seberapa, layaknya buih di lautan. Terhempas oleh ombak dan gelombang saja lenyap tak meninggalkan bekas. Karena aku sendiri baru mulai berhijrah, semoga istikamah.

Aku bersyukur diberikan kesempatan bertemu dengan teman-teman yang taat agama, setelah lama tidak melakukan halaqoh di sini aku lebih banyak belajar. Titi tahu persis dulu aku tak mengenakan kerudung, begitu juga dengan sahabatku itu.

Kami bersahabat dari sekolah ke mana-mana bersama, duduk pun bersama, satu meja pula. Titi orang baik dan ceria, jarang sekali aku melihatnya bersedih. Alangkah bahagia dulu berteman semasa putih abu-abu, setelah lulus kami pun terpisahkan.

Aku mulai memakai kerudung saat duduk di kelas satu SMA semester kedua. Itu pun setelah aku ditegur oleh guru agama saat itu. Awal memakai kerudung bukan karena keinginan sendiri tetapi karena guru. Memang awalnya dipaksakan, aku merasa kepanasan dan gerah.

Setelah berjalannya waktu, aku mulai memahami begitu penting memakai kerudung dan menutup aurat. Dari paksaan hingga menyadari tentang wajibnya memakai kerudung.

Hari ini, aku teringat kembali kepada sahabatku, begitu kangen dan sayang kepadanya. Semoga ia senantiasa sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin

Berat rasanya menuliskan kajian ini, aku takut ia tersinggung. Tak mau menyakiti hatinya. Dengan memohon izin kepadanya, aku beranikan untuk menulis, sebuah kajian dari Ustaz Khalid Basalamah mengenai Bolehkah Wanita Tidak Berhijab?

Kajian ini menjelaskan ada sebuah hadis Nabi SAW, hadis ini disebutkan oleh Imam Muslim menjelaskan “Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum Aku lihat” Maksudnya tidak ada di zaman Nabi. Golongan pertama adalah raja-raja Zalim yang merampas hak-hak rakyat dengan cara paksa dan mencambuknya.

“dan yang kedua penghuni neraka adalah para wanita yang berpakaian tetapi telanjang. Mereka menggoda dan jalannya dengan berlenggak-lenggok. Kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Para wanita ini tidak akan masuk surga, bahkan tidak mencium bau wanginya. Padahal wanginya bisa tercium dari jarak perjalanan sejauh ini dan itu.” Hadis jelas tentang tidak menutup aurat.

Nabi Rasulullah SAW bersabda, ahli neraka di sini yang kedua adalah para wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Ulama hadis menjelaskan bahwa terbukanya aurat orang ada dua terutama kaum wanita, karena mereka yang harus menutupi aurat itu, yang boleh terlihat hanya telapak tangan dan muka saja

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat Nabi Rasulullah SAW memberikan keringanan wajah dan telapak tangan. Namun, di sini Nabi memberikan gambaran bahwasanya termasuk membuka aurat adalah memakai pakaian tetapi ketat pakaiannya. Akhirnya membentuk badan dan ini makna sabda Rasulullah Saw. “Para wanita yang berpakaian tapi telanjang”

Kalau ada wanita jalan menggunakan celana ketat walaupun berwarna celana biru, hitam, tetapi orang bisa melihat bentuk dan lekukannya berarti mereka sama juga dengan membuka aurat.

Di dalam surat Al-Ahzab. Ayat 59
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin. Katakanlah kepada mereka “Hendaklah mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal. Karena itu mereka tidak di ganggu.”

Dengan menggunakan jilbab dimaksudkan ada simbol Islam. Orang akan mengetahui bahwa kita muslimah dan Allah mengatakan “Tujuan utama supaya mereka tidak diganggu.”
Allah juga mengatakan tentang pentingnya kita menjaga pakaian, memakai pakaian yang rapi, bersih tentu dengan menutup aurat.

Dalam surat Al-A’raf ayat 31 juga dijelaskan pentingnya memakai pakaian yang terbaik ketika ke masjid untuk kaum laki-laki.
“Hai anak Adam, ambillah pakaian terbaikmu ke dalam masjid, atau pada saat kamu pergi ke masjid.”

Masya Allah terkenal peradaban dari zaman dulu, apabila satu masyarakat itu dianggap modern, jika pakaian-pakaian mereka tertutup. Misalnya orang dianggap modern pada saat dia menggunakan jas,  tertutup. Begitu juga perempuan mungkin menggunakan baju gaun yang besar dan tertutup. 

Sebaliknya kebanyakan orang-orang yang terbuka pakaiannya itu dianggap primitif. Karena orang primitif di hutan tidak memakai pakaian, pakai hanya selembar kain memang dianggap seperti itu. Jadi, secara peradaban pun sebenarnya manusia mengetahui masalah menutup aurat.

Setelah ada ayat dan hadis yang membahas tentang menutup aurat. Semoga bagi kaum wanita yang belum tergugah hatinya akan segera terketuk hatinya untuk menutup aurat. Jika sudah sampai hilang malunya, maka sesuai sabda nabi Rasulullah di dalam tastahi (malu)

“Kalau kau sudah tidak malu, buatlah semaumu” dan kata para ulama,
“malu dimulai daripada menutup aurat” kapan dia menutup aurat berarti ia malu, dia buka aurat berarti sudah tidak malu. Walaupun orangnya santun karena ia sudah memamerkan apa yang sebenarnya harus ditutup dan subhanallah fitrahnya manusia jika ada orang melihat aurat, Allah sudah katakan itu aurat maka kita akan malu untuk melihatnya

Rasulullah mengatakan “Rasa malu itu semuanya kebaikan”

“Malu itu tidak akan datang kecuali kebaikan”
“Malu itu bagian dari keimanan”
Semua itu berhubungan sekali dengan kehidupan muslim terutama masalah buka dan menutup aurat.

Untuk sahabatku, mohon maaf. Bukan maksud menggurui aku hanya menyampaikan dan saling mengingatkan.

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-Asr : 3)

Wallahu A’lam Bisshowab



pinjam foto, karena sudah tak bisa mengupload

FKUB

::FKUB::

Pasti ada yang masih asing dengan singkatan di atas. Yup, begitu banyak akronim yang bermunculan sampai saat ini, sampai akhirnya kita mungkin agak kesulitan mengingat. Hanya akronim-akronim yang sering kita jumpai yang mudah untuk diingat.

Beberapa hari lalu, saya berkesempatan menghadiri acara yang digawangi oleh salah satu organisasi kemasyarakatan, yaitu FKUB. Apa sih FKUB itu?

FKUB merupakan kepanjangan dari Forum Komunikasi Umat Beragama. Ooo itu toh, pasti di antara kita akan berujar, “Oo…itu”. Bertempat di sebuah Rumah Makan dengan nama Dapur Panus 21. Karena letaknya tak jauh dari jembatan Panus yang legend di kota Depok. Konon jembatan Panus dibangun sejak jaman Belanda masih wara-wiri. Arsiteknya seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Stefanus Jonathan, makanya diberi nama jembatan Panus. Eh kok jadi ke sini, cerita jembatan Panusnya nanti diterusin di lain episode ya.

Balik ke FKUB…

Ternyata FKUB di kota Depok cukup aktif keberadaannya. Diketuai oleh Habib Muhsin Al-Aththos. Bersama dengan staf harian lainnya yang mewakili setiap pemuka agama yang ada di kota Depok.

Menarik sekali untuk saya FKUB ini. Kali pertama saya hadir dalam acara yang berkenaan dengan forum diskusi lintas agama. Mewakili Fatayat, saya bersama dua sahabat Fatayat ikut serta di dalamnya hingga selesai.

Acara yang dimulai sejak jam 9 pagi hingga 12 siang, membahas seputar eksistensi FKUB sebagai lembaga yang mengayomi umat beragama yang heterogen di kota Depok ini.

FKUB dibentuk oleh Majelis-majelis agama yang difasilitasi oleh negara. FKUB merupakan organisasi mandatori, mengawal PBM (Peraturan Bersama 2 Menteri) no.9/8 th.2006. Para pengurusnya adalah perwakilan dari majelis-majelis agama. Antara lain, Islam ada 11 orang, Kristen protestan 2 orang (PGI), Katolik 1 orang, Hindu 1orang (PHDI), Konghucu 1orang (Matakin), Budha 1orang (walubi)..

Dalam pertemuan ini, Perwakilan Walubi, Bapak Nyoman yang juga menjadi pengurus harian di FKUB menambahkan bahwa Peraturan Bersama dua Menteri (PBM) ini adalah pembaharuan dari SK 2 menteri. No.1 th. 1969. Mengenai pendirian rumah ibadah. Beliau menegaskan bahwa sudah menjadi tugas kepala daerah untuk membina kerukunan umat beragama.

Salah satu fungsi mendasar FKUB adalah membantu memfasilitasi pendirian rumah ibadah. Seperti syarat-syarat untuk mendapatkan IMB rumah ibadah.

Tidak ketinggalan pula, satu narsum yang mewakili kaum perempuan, yaitu Ibu Setiorini dari Dinas Perlindungan anak dan keluarga. Beliau menyampaikan dengan singkat bagaimana seharusnya peran perempuan kota Depok dalam kerukunan umat beragama. Menyinggung pula mengenai angka perceraian yang semakin tinggi di Depok, yang disebabkan oleh faktor finansial kemudian disusul sebab lainnya yaitu KDRT baik verbal/non verbal. Di sinilah lembaga seperti FKUB bisa menjadi pengayom bagi perempuan agar tetap menjadi sosok Ibu yang menjadi simpul pengikat kerukunan dalam rumahnya dan lingkungan secara luas. Tentu saja dengan dukungan penuh dari sosok Ayah yang bertanggung jawab terhadap kesehatan lahir dan batinnya.

Wallahu a’lam
Dapur Panus 21, 28112020
FA1805

rumahmediagroup//afafaulia

CINTA NABI, CINTA ISLAM

CINTA NABI, CINTA ISLAM

Oleh Puji Yuli

Saat ini kita sudah memasuki bulan Rabiul Awal. Tentunya umat Islam di seluruh dunia memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Nabi SAW adalah sosok yang mulia dan agung yang layak dijadikan teladan dan panutan dalam menjalani kehidupan ini. Dimana, Rasulullah SAW itu membawa risalah Islam yang sempurna dan di Ridhoi oleh Allah SWT. Risalah Islam yang dibawa oleh Nabi SAW itu membawa kebaikan dan rahmat bagi semesta alam.

Ya Nabi .. Ya Rasulullah SAW merupakan sosok yang membawa pengaruh kebaikan bagi umat manusia. Adapun ajaran Islam Yang dibawa itu mampu menerangi manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang penuh cahaya kemuliaan. Dimana, ajaran Islam itu mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. Terbukti Islam pernah membangun peradaban dunia dengan gemilang mulai masa Rasulullah SAW sampai terakhir masa bani Usmaniyah.

Tetapi saat ini, pada Moment perayaan maulid Nabi Muhammad SAW , umat Islam itu jumlahnya banyak tetapi bagaikan buih di lautan. Dimana, saat ini Rasulullah SAW telah di hina di Perancis, tetapi umat Islam di belahan negeri yang lain hanya bisa menangis marah dan mengecam atas tindakan itu. Hal ini terjadi karena kurangnya semangat Ukhuwah Islamiyah diantara kaum muslimin dan Islam tidak dijadikan sebagai pedoman hidup secara Kaffah. Padahal kaum muslimin itu merupakan umat yang terbaik apabila mau memegang teguh untuk menerapkan Islam secara kaffah.

Oleh karena itulah, di momen maulid Nabi Muhammad SAW saat ini sebagai sarana untuk hijrah menuju ketaatan kepada ajaran Islam Yang bersumber dari Alquran, Assunnah, ijma sahabat dan qiyas. Ini bisa kita lakukan dengan berdakwah Islam dan membina Ukhuwah Islamiyah di kalangan umat Islam. Tentunya dengan dakwah Islam dengan cara yang ma’ruf . Semoga kita bisa cinta Nabi SAW dan cinta Islam Agar hidup jadi berkah.

Puji