Mencintaimu Utuh, 13 Tahun Menikah

Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Mencintaimu Utuh, 13 Tahun Menikah

Suamiku, menurutmu apa definisi cinta? Berubahkah definisi ini setelah 13 tahun kita lalui dengan menikah? Apakah aku masih perlu membelah dadaku untuk menunjukkan rasa cintaku ini?, atau aku harus berteriak kencang melawan angin, agar semua orang mengetahui bahwa aku masih mencintaimu?. Apa aku harus memetik bintang, memeluk bulan, melukiskan pelangi agar langit yang kau pandangi selalu nampak indah?

Aku masih saja mencintaimu seperti 13 tahun lalu. Masih saja utuh. Selama ribuan hari, jutaan waktu telah kita lalui. Sengaja selama itu, tak ada jam tangan yang aku pakai. Agar kau tahu suamiku, waktuku habis hanya untuk hadir bersama senyummu, tawamu, tangismu, tanpa terekam berapa waktu yang aku habiskan. Biarkan saja menguap ke udara, tanpa jeda.

Terkadang akupun rapuh. Biarkan saja suamiku, agar kau tahu betapa aku lunglai tanpa perhatianmu. Masih saja utuh, aku simpan cinta ini. Hadir dalam kepatuhan dan kesucian ucapanku. Walaupun kadang aku goyah, biarkan saja. Agar kau tahu, aku masih saja belajar untuk berdiri tegak, menatap cahaya cinta utuh ini tanpa terjatuh.

Waktu telah berani mengubah banyak hal tentang kita, tapi waktu tidak berani untuk mengubah perasaan ini. Masih saja utuh. Beribu-ribu kata maaf dan terimakasih masih aku bungkus indah. Aku biarkan tumbuh dalam luasnya taman hati. Jika aku butuh, aku tinggal memetiknya saja, tanpa harus melukaimu. Sengaja aku tanam sebanyak-banyaknya maaf, agar kau tahu aku akan selalu memaafkanmu dengan mudah. Semudah ikan menghirup udara dalam air. Tanpa rasa sakit. Dan aku tumbuhkan terimakasih seluas-luasnya dalam hatiku, agar kamu tahu bahwa aku mencintaimu dengan indah. Seperti daun-daun tersiram air hujan yang menyejukkan.

Sebaik-baiknya ingatan adalah kenangan. Bairkan aku mengenang ingatan terindah ini melalui tulisan ini. Menghargai takdir dengan mencintaimu, masih saja utuh. Aku masih saja mencintaimu, seperti 13 tahun lalu kita menikah. Masih seperti 26 tahun lalu, kita bilang cinta. Merindu, bertahan tanpa terpaksa. Inilah caraku untuk mencintaimu utuh, suamiku.  

Aku masih saja menepati janji untuk mencintaimu. Cinta ini masih utuh. Seperti matahari selalu semangat terbit tiap pagi. Bulan selalu hadir dalam dekapan malam. Orbit bumi yang selalu berputar pada porosnya. Masih saja begitu, masih saja utuh. Selama takdir bersama kita, selama itulah aku akan menjaga. Berjanjilah bersamaku untuk menua, memutari bumi, melihat bulan, menikmati matahari pagi.

Jika aku mencintaimu secara utuh, maka masih saja ada cinta yang tak akan terbagi. Karena utuh bukan diartikan setengah, bukan pula berbagi. Utuh adalah bulat, dan penuh. Hanya ada satu hati yang utuh, seperti jantung kita yang hanya ada satu. Jika terbagi? Pasti perih dan lara, berdarah, tak berdaya, bahkan mati. Masih saja utuh sampai hari ini. Aku pastikan utuh, tak terbelah.

Selamat ulang tahun pernikahan suamiku, berkah dan bahagia untuk kita. Banyak doa terbungkus rapi dalam tepi sajadah. Penulis ini telah jatuh cinta padamu, cintanya tak akan pernah hilang dalam goresan tinta. I love u so much, suamiku.

Peluk, cinta, rindu utuh. Just for you, Muhamad Abdul Jumali.

20 April 2007-20 April 2020. Utuh….

rumahmediagrup/Anita Kristina

5 respons untuk ‘Mencintaimu Utuh, 13 Tahun Menikah

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.